Teknologi kini berkembang sangat pesat. Mobil listrik menantang persepsi lama. Persepsi sebagai kendaraan khusus perkotaan.
Dulu banyak orang sering mengira. Bahwa mobil listrik hanya untuk kota. Sekadar untuk bolak-balik saja.
Namun segala kemajuan teknologi ada. Anggapan lama itu mulai terkikis.
Kini ada sebuah pertanyaan besar. Bisakah mobil listrik benar-benar diandalkan? Terutama untuk perjalanan jarak jauh.
Banyak orang mulai mempertimbangkan mobil. Mereka memakai mobil listrik keluar kota. Ini bukan lagi sekadar tren. Melainkan ini adalah kebutuhan nyata.
Salah satu poin utamanya adalah jangkauan. Jangkauan tempuh baterai semakin panjang. Banyak model mobil listrik modern. Diklaim bisa tempuh 300 kilometer. Hanya dalam sekali pengisian daya.
Angka ini tentu terdengar menjanjikan. Dengan jangkauan sejauh itu ada. Perjalanan antar kota bukan masalah. Bahkan beberapa model lebih impresif. Mereka menunjukkan kemampuan lebih jauh.
Misalnya Mercedes-Benz EQS capai 770 kilometer (Antaranews, 2025). BYD Seal tawarkan jangkauan 650 kilometer (detikOto, 2024). Hyundai IONIQ 6 juga tidak kalah. Kemampuannya tempuh 614 kilometer
Angka 300 kilometer sering disebut. Sebenarnya itu perkiraan cukup konservatif. Mobil listrik modern memang mumpuni.
Namun kita penting untuk memahami. Angka klaim pabrikan seringkali dicapai. Hanya dalam kondisi yang sangat ideal.
Di jalan raya realitanya berbeda. Gaya mengemudi agresif sangat berpengaruh. Kondisi lalu lintas yang macet juga. Penggunaan AC secara terus menerus.
Medan jalan menanjak juga berpengaruh. Semua ini mengurangi jangkauan baterai. Pengurangannya bisa sangat signifikan sekali. Cuaca ekstrem juga pengaruhi baterai.
Jarak 300 kilometer tampak cukup. Itu hanya di atas kertas saja. Bagaimana jika harus cari SPKLU? Sementara sisa daya baterai menipis. Ini menjadi pertimbangan yang serius. Terutama untuk para pengemudi mobil. Perencanaan rute menjadi kunci utama.
Poin kedua yang sering dibanggakan. Adalah peningkatan jumlah SPKLU. Kini SPKLU lebih mudah ditemukan.
Banyak SPKLU di rest area tol. Juga di titik-titik strategis lainnya
Ketersediaan ini mempermudah para pengemudi. Mereka bisa merencanakan perjalanan mereka. Data PLN per Maret 2025 mencatat. Ada 3.772 unit SPKLU tersebar. Tersebar di 2.515 lokasi berbeda (Otodriver, 2025).
Angka ini meningkat sangat drastis. Tahun 2023 hanya 624 unit
Ini tunjukkan komitmen dari pemerintah. Juga komitmen dari para operator. Mereka mendukung ekosistem kendaraan listrik.
Akan tetapi ketersediaan saja tidaklah cukup. Itu tidak menjamin kelancaran perjalanan.
Bayangkan saja saat musim liburan. Atau ketika arus mudik tiba. Jumlah mobil listrik terus bertambah. Antrean panjang di SPKLU bisa terjadi. Ini jadi pemandangan biasa (Bloomberg Technoz, 2024).
Waktu untuk menikmati perjalanan liburan. Justru habis untuk menunggu giliran. Yaitu untuk mengisi daya mobil. Kecepatan pengisian juga bisa bervariasi. Variasi terjadi antar SPKLU (Astra Otoshop).
Tidak semua SPKLU tawarkan fast charging. Fitur ini mengisi daya cepat. Beberapa SPKLU butuh waktu lama. Mungkin bisa sampai berjam-jam. Ini jelas berbeda dari mobil bensin. Mengisi bensin butuh beberapa menit (Toyota Astra, Daihatsu).